Tenggarong - Insiden metal berskala internasional
memang bisa terjadi di mana saja di bagian bumi ini. Namun siapa sangka
jika itu terjadi di sebuah festival musik rock berskala internasional
tahunan yang digelar gratisan di sebuah kabupaten terpencil di pedalaman
Kalimantan Timur bernama Tenggarong yang memiliki basis massa puluhan
ribu metalhead?
Saat itu Minggu (9/3) malam, bertepatan dengan
Hari Musik Nasional. Di Lapangan Panahan yang bersebelahan dengan
Stadion Sepakbola Aji Imbut, Power Metal, band heavy metal legendaris
asal Surabaya, baru sekitar dua menit saja memainkan lagu ketiga
sekaligus hit terbesar mereka, "Satu Jiwa", di panggung Kukar Rockin'
Fest 2014.
Ribuan penonton tampak kegirangan dan bahkan
histeris. Namun mendadak dari belakang panggung muncul vokalis Testament
Chuck Billy tengah memegang segelas anggur dan mikrofon yang direbutnya
dari MC sembari berteriak, "Stop, stop, stop…."
Tentunya
vokalis gondrong tinggi besar yang berdarah Indian Amerika itu sedang
tidak mood untuk berduet dengan Power Metal, ia justru ingin
menghentikan konser mereka. Upayanya gagal karena tampak tak ada yang
menghiraukan kehadirannya sama sekali di sana.
Secara tak
terduga, Kyle Sabal, salah seorang kru Testament, kemudian mencabuti
satu persatu kabel audio instrumen yang menancap di amplifier Power
Metal. Kontan saja musik terhenti dan aksi sabotase yang disaksikan
sekitar 40.000 penonton itu menuai amarah dan protes besar-besaran.
"Padahal kami tinggal memainkan lagu "Satu Jiwa," lagu terakhir kami
malam itu. Kami sudah siap berkorban hanya memainkan tiga lagu saja agar
Testament bisa segera tampil, sayangnya mereka tidak sabar dan mencabut
semuanya. Jelas kami kesal banget jadinya," ujar Arul Efansyah, vokalis
Power Metal, kepada
Rolling Stone.
Beberapa botol air
mineral sempat mela-yang ke atas panggung sebelum akhirnya dapat diredam
berkat persuasi dari pihak promotor. Yang terjadi kemudian adalah
perdebatan sengit di atas panggung antara Chuck Billy, Arul, gitaris
Ipung, manajemen Power Metal dengan pihak promotor. Tampak menyaksikan
pula di pinggir panggung antara lain para anggota band Kapital,
Burgerkill, Seringai, Down For Life, hingga Zi Factor yang sebelumnya
telah manggung terlebih dahulu.
Akbar Haka, promotor yang
menggelar acara ini, menjelaskan kepada penonton bahwa Testament
terpaksa harus tampil saat itu juga karena mereka harus kembali ke
Bandara Sepinggan, Balikpapan, untuk mengejar pesawat ke Jakarta yang
dijadwalkan terbang pukul 05:25 WIB. Perjalanan darat yang ditempuh dari
Tenggarong ke Balikpapan normalnya memakan waktu 3,5 jam dengan rute
yang cukup terjal berliku.
Alhasil, Power Metal dengan besar
hati terpaksa mengalah dan Testament pun mengambil alih panggung.
Sayangnya, para penonton yang telah menunggu sekitar 16 tahun untuk
penampilan pertama Power Metal di Tenggarong itu masih kesal dengan aksi
sabotase tadi. Alih-alih melakukan pelemparan atau perusakan saat
Testament manggung, puluhan ribu penonton tersebut dengan spontan lebih
memilih aksi duduk massal dengan santainya. Kerisauan terjadi di
belakang panggung, para anggota band yang tadi tampil khawatir jika
Testament memaksa manggung maka akan pecah keributan dari para penonton.
"Gila nih, bunuh diri namanya," ujar salah seorang gitaris band yang
ikut menyaksikan dari pinggir panggung.
Arul menjelaskan bahwa
ketika insiden itu terjadi sebenarnya pihaknya hanya mengikuti jadwal
manggung yang telah ditetapkan oleh panitia. "Tidak ada permintaan ke
kami agar Testament manggung lebih dulu waktu itu, padahal kami tidak
masalah jika diberitahu dulu sebelumnya untuk manggung belakangan.
Menurut kami hanya terjadi miskomunikasi saja antara panitia dengan
pihak agen dari Jakarta," jelas Arul.
Setelah intro "The Star
Spangled Banner" dari John Stafford Smith berkumandang, Chuck Billy,
gitaris Alex Skolnick, gitaris Eric Peterson, bassist Steve DiGiorgio,
dan drummer Gene Hoglan menghajar panggung dengan nomor pembuka agresif
"Rise Up" dari album terakhir mereka,
Dark Roots of Earth, yang berhasil menembus posisi 12 di tangga album Billboard 200. Disusul kemudian nomor lawas "The Preacher" (
The New Order) hingga "More Than Meets the Eye" (
The Formation of Damnation).
Tampak hanya dua baris penonton bagian depan yang memanas, berdiri melakukan
headbang atau
slam dance
brutal merespons Testament. Ribuan penonton lainnya hanya santai
menyaksikan sambil duduk bersila. Sesekali teriakan menghujat Testament
dan meminta Power Metal manggung kembali terdengar dari penonton.
Sapaan bersahabat dari Chuck Billy hanya ditanggapi dingin oleh
penonton, sebelum akhirnya mereka babat lagi dengan "Native Blood" dan
"Dark Roots of Earth."
Alex Skolnick tampil kalem namun tetap
memukau seraya jari-jemarinya menari di fret disertai liukan tubuh khas
seorang virtuoso gitar. Drummer metal legendaris eks-Death, Dark Angel,
Fear Factory, yang paling misterius di band, Gene Hoglan, juga tampak
powerful memberikan konstan gemuruh
beat dan
kick di
balik set drumnya. Sementara gitaris sekaligus pendiri band Eric
Peterson tampak garang mengumbar cabikan-cabikan ritme nan agresif
didukung bassist "baru" Steve DiGiorgio yang sangat piawai memainkan bas
fretless tanpa bantuan
pick.
Lebih gawat lagi ketika
dua nomor thrash klasik mereka mainkan, yaitu "Into the Pit" dan
"Practice What You Preach", dua baris penonton yang tadinya semangat
tampak mulai loyo. Alhasil dua lagu yang sebenarnya paling
ditunggu-tunggu oleh penggemar setia Testament itu lantas berlalu begitu
saja. Suasana makin dingin walau penonton tetap bersabar menunggu
karena layar besar di kanan-kiri panggung sesekali menampilkan pesan
berbunyi: "Jangan ke mana-mana, setelah ini Power Metal akan kembali
tampil lagi."
Akhirnya setelah “The New Order,” “The Haunting,”
dan “Over the Wall,” Chuck Billy entah frustrasi atau mulai tak sabar
dengan respons dingin penonton mulai menyender ke panggung drums sambil
mereguk kaleng bir sembari menatap dengan pandangan nanar ke penonton.
Sebuah kaleng bir ia tendang ke arah penonton, mungkin sebagai reaksi
kekesalannya. Sementara kawan-kawannya yang lain telah silam ke belakang
panggung untuk bersiap melakukan
encore walau sebenarnya hanya sedikit di antara penonton yang berteriak “
We want more, we want more.”
Chuck Billy melalui mikrofon kemudian meminta agar perwakilan promotor
mendampinginya untuk menerjemahkan kata-katanya kepada penonton.
Ternyata tak seorang pun dari mereka ingin membantu Chuck hingga
akhirnya majulah Rio, gitaris Down For Life asal Solo, ke tengah
panggung.
“Kamu mengerti bahasa Inggris?” ujar Chuck yang
dijawab Rio dengan, “Yeah.” Vokalis Testament tersebut meminta kepada
Rio agar bertanya kepada para penonton, “Apakah kalian menyukai heavy
metal?” yang dijawab dengan “Yeah” yang gegap gempita dari massa
penonton.
“OK, sekarang tolong beritahu mereka bahwa kami akan
menampilkan lagi band yang tadi tampil sebelumnya untuk bermain semalam
suntuk,” ujar Chuck yang kemudian dijawab dengan “
No” oleh Rio.
Menerima jawaban tersebut, Chuck lantas berkesimpulan bahwa Rio tidak
paham apa yang ingin ia utarakan kepada penonton. Rio mundur teratur.
“Apakah kalian mau heavy metal lagi?,” tanya Chuck. Kali ini serentak
para penonton membalas dengan keras, “Tidak!” Akhirnya Chuck Billy
sendiri yang memutuskan mundur. “Baiklah, selamat malam, sampai jumpa
lagi. Terima kasih, Indonesia!” ujar Chuck sembari melambaikan tangannya
diikuti oleh anggota Testament lainnya ke bawah panggung. Pada saat itu
juga mood acara menjadi anti-klimaks.
Tak sedikit penggemar
berat Testament yang telah menunggu puluhan tahun dan datang dari jauh
ke Tenggarong hanya bisa kesal dan bingung dengan situasi yang terjadi.
Apalagi tujuan utama mereka ke sana memang hanya ingin menyaksikan
Testament yang baru pertama kalinya tampil di Indonesia, bahkan Asia
Tenggara.
Puluhan ribu penonton – termasuk Bupati Kutai
Kartanegara Rita Widyasari yang ikut menyaksikan seluruh drama tadi dari
FOH – serentak berdiri dan bersorak-sorai ketika Arul dan Power Metal
kembali tampil ke atas panggung. Seraya menunggu kru mengatur instrumen
kembali, Arul berkomunikasi dengan para penonton dan memuji kesabaran
mereka. Sesekali ia juga menggunakan bahasa daerah Banjarmasin, tanah
kelahirannya, yang jelas disambut meriah para penonton.
“Timur
Tragedi” menjadi nomor pertama yang digeber Power Metal pada penampilan
kedua malam itu di Kukar Rockin’ Fest 2014. Suasana sekejap bergairah
kembali, kontras dengan set yang ditampilkan oleh Testament sebelumnya.
Bahkan ketika nomor power ballad “Bidadari” dikumandangkan, seruan Arul –
yang malam itu sekilas bagai Bruce Dickinson – agar para penonton ikut
melambai-lambaikan kedua tangan mereka ke udara ditanggapi dengan sangat
responsif. Ujung paling belakang hingga barisan penonton terdepan ikut
melambaikan tangan secara berbarengan.
Rolling Stone yang berada di bibir panggung saat menyaksikan momen ini merasakan segenap bulu kuduk berdiri. Menakjubkan.
Walau akhirnya menjadi
headliner yang
sebenarnya, Power Metal tetap main empat lagu saja, tidak termasuk dua
lagu di penampilan awal. Nomor hits klasik “Angkara” dan “Satu Jiwa”
yang akhirnya berhasil dimainkan secara utuh menjadi klimaks dari Kukar
Rockin’ Fest 2014.
Diwarnai pesta kembang api, semua pihak
tampak sangat berbahagia, tak hanya para penonton, promotor sekaligus
pula anggota band-band yang telah tampil. Teriakan penuh semangat a la
pertandingan sepakbola, “Indonesia, Indonesia, Indonesia” bahkan bergema
pula di ruang ganti artis di belakang panggung.
Keesokan
harinya masih belum banyak media massa yang menulis tentang peristiwa
semalam. Drama “Timur Tragedi” yang terjadi di Tenggarong ini mulai
menyebar luas via Twitter, Facebook dan Path. Banyak pihak yang mengecam
dan juga membela Testament, kontroversi ramai bergulir di media sosial.
Bahkan Facebook Group Testament ikut diserbu oleh para pengunjung dari
Indonesia dengan berbagai sumpah serapah. Beberapa perwakilan band yang
ikut tampil juga menuliskan perasaan mereka masing-masing.
“Saya
berharap kalian bisa lebih baik menyelesaikan masalah. Tadi malam
seharusnya bisa menjadi malam yang mengagumkan. Banyak orang menunggu
kalian selama 20-25 tahun dan bepergian jauh. Sedih melihat kru gitar
Anda dan vokalis benar-benar tidak menghargai band lokal yang main
sebelum Anda. Saya berharap bisa melihat kalian lagi suatu hari nanti,
tentu dengan kalian memiliki sikap yang lebih baik, mood, dan
sebagai-nya. Salam,” tulis Arian13, vokalis Seringai kepada gitaris Alex
Skolnick via akun Twitter pribadinya.
“Saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri insiden pencabutan kabel gitar Power Metal oleh
teknisi Testament dan insiden lainnya adalah tindakan yang tidak
terpuji. Tapi ada satu hal yang banyak orang tidak sadari, siapapun atau
band apapun ketika berada di negara orang dengan situasi sulit ketika
harus memi-lih antara memaksakan untuk manggung de-ngan jadwal yang
ngaret atau ketinggalan jadwal pesawat untuk pulang ke negaranya adalah
pilihan yang sangat sulit. So, apapun bisa terjadi,” tulis gitaris dan
pendiri Burgerkill, Eben, via akun Facebook pribadinya.
Komentar
lebih bijak juga datang dari produser eksekutif festival ini yang
sekaligus pula Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, menanggapi
salah satu pengikutnya di Twitter, “Saya tetap mengagumi karya-karya
mereka (Testament), memang tur panjang jadi kita maklumi saja sebagai
manusia juga ada batas kelelahannya, anak metal juga manusia.”
Sementara Akbar Haka mewakili promotor Distorsi Rockaholicompany mencoba
menuliskan peristiwa yang terjadi dari sisinya via laman Facebook Kukar
Rockin Fest. “Pada saat sore kami menerima info pihak band
internasional ingin rundown mundur satu jam, karena alasan baru tiba di
kota Tenggarong saat acara telah dimulai. Itulah mengapa akhirnya
band-band yang sebelumnya harus mundur pula satu jam pada saat memulai
setelah
break. Tetapi setelah
rundown mulai berjalan
mundur, pihak band internasional memang secara profesional tetap
menginginkan mereka harus tampil di jadwal yang telah di-counter
sebelumnya. Hal ini membuat sedikit insiden kecil yang cukup
menyedihkan, dengan legowo Power Metal harus turun sebentar, lalu
kemudian melanjutkan kembali setelah jadwal tampil dari band
internasional tersebut di atas.”
Akbar juga sekaligus
menyampaikan permohonan maafnya atas insiden yang terjadi. Kukar Rockin’
Fest sendiri yang merupakan festival musik keras terbesar di Pulau
Kalimantan hingga kini telah berjalan ketiga kalinya, diawali pada 2012
dengan
headliner band thrash metal legendaris asal Brazil,
Sepultura, kemudian 2013 dimeriahkan bintang tamu band power metal
legendaris asal Jerman, Helloween.
Setelah polemik makin
meruncing dan membelah para penggemar setia Testament dengan penonton
asal Tenggarong, akhirnya pada 13 Maret lalu keluar penjelasan panjang
lebar sekaligus pernyataan maaf yang tulus dari manajemen Testament yang
dirilis via situs resmi mereka, TestamentLegions.com. Pernyataan resmi
ini kemudian banyak diangkat menjadi berita oleh berbagai situs berita
musik metal internasional seperti Blabbermouth.net, AntiMUSIC, Metal
Sucks, Metal Injection, dan Metal Insider.
“Kepada para penonton
Kukar Rockin’ Fest: Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
tindakan yang telah terjadi. Kami sangat menghargai tindakan band
pembuka yang sangat akomodatif, kami juga memohon maaf kepada mereka dan
tidak pernah bermaksud untuk tidak menghargai me-reka. Kalau
dipikir-pikir, mungkin akan menjadi keputusan yang lebih baik untuk
membiarkan mereka melanjutkan pertunjukan dan memotong banyak lagu di
pihak kami sendiri. Tapi dalam suasana panas saat itu, proses
pengambilan keputusan yang kami lakukan ternyata malah menjadi bumerang.
Kami menyesal dengan kejadian ini, yang sama sekali tidak mewakili
Testament yang sebenar-nya, atau menjadi tujuan perjalanan panjang yang
telah kami tempuh ke sana. Kami benar-benar berharap untuk bisa kembali
ke Indonesia suatu hari nanti dalam suasana yang lebih baik,” tulis
Testament.
Ketika Arul ditanya
Rolling Stone apakah
masih menyimpan dendam terhadap perlakuan Testament, ia menjawab, “Nggak
dendam sama sekali. Testament itu band besar, band tingkat dunia, kami
tidak ada apa-apanya. Biarkan yang sudah terjadi, yang penting kami
menerima permohonan maaf mereka.”